Senin, 22 April 2013

Sifat Pencemas Bukanlah Suratan Takdir

Dini (23) menutup pintu kamarnya dengan keras, lalu menguncinya dari dalam. Wajahnya musam, matanya memerah dan lalu berbaring dikamarnya. Seharian ia hanya berbaring dikamarnya dengan sesekali memutar mp3 lagu-lagu melankolis. Masih terbayang dalam benaknya salah satu wajah teman kosnya yang beberapa saat sebelumnya memalingkan muka lalu meninggalkannya sendiri di dapur. Sesaat setelah temannya meninggalkannya menuju lantai atas untuk pesta berbeque dengan lima orang teman yang lainnya, Dini memikirkan bahwa teman-temannya akan membicarakan keburukannya karena menolak ajakan untuk ikut bergabung pesta barbeque bersama. Dini marah, masuk kekamarnya dan mengurung diri hingga seharian. Pikirannya berkecamuk, perasaannya tak karuwan dengan masih memikirkan mengenai kemungkinan tema pembicaraan ke enam orang temannya diatas sana disertai tawa keras. Dini masih merasa bahwa teman-temannya akan membicarakan dirinya, bahwa ia adalah orang yang penyendiri, tidak menyenangkan, membosankan, dan lain sebagainya.”


             Rasa cemas adalah perasaan yang wajar dimiliki oleh siapapun ketika menghadapi situasi yang kurang mengenakkan apalagi mengancam. Rasa cemas secara alamiah dimiliki manusia bahkan hewan untuk mempertahankan keberadaannya di dunia yang kadang tak ramah. Otak manusia dirancang untuk memberikan sinyal bahaya ketika ada stimulus yang terdeteksi sebagai bahaya, sehingga selanjutnya akan dibuat suatu keputusan tindakan apa yang harus diambil. Namun demikian biasanya tindakan ini bersifat reflek dan dalam bentuk pertahanan diri, yaitu dengan cara melawan atau melarikan diri. Sistem pertahanan yang dinamakan “fight” or “flight” (bertarung atau lari) ini memungkinkan manusia bertahan hidup dalam situasi-situasi yang penuh dengan ancaman dan bahaya yang tidak terduga.
             Menjadi masalah ketika system yang dikendalikan oleh amigdala ini tidak mampu membedakan stimulus yang benar-benar mengancam atau yang tidak. Pada orang-orang yang mengalami disfungsi respon emosi, amigdala tetap merespon stimulus yang harusnya bersifat netral dengan alarm bahaya yang sama dengan stimulus yang mengancam. Akibatnya perilaku yang ia munculkan tidak adaptif bahkan mengganggu kehidupannya dan kehidupan orang lain.
Seperti pada contoh kasus diatas, bahwa dini merespon sikap salah seorang temannya sebagai suatu penolakan yang mengancam harga dirinya. Ia melanjutkan pemikirannya tersebut dengan reaksi masuk kedalam kamar, membanting pintunya dengan keras, lalu hanya berbaring seharian di kamarnya. Respon yang tidak sesuai seperti inilah yang menjadi penyebab sebagian besar gangguan jiwa.
            Pengalaman masa kecil yang penuh derita, pengalaman traumatis, budaya dan pola asuh keluarga dengan kebiasaan pola piker tertentu merupakan factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan pola sikap dan pikir seperti ini.


APA YANG TERJADI?

            Meskipun pola respon ini dikendalikan secara otomatis oleh amigdala, akan tetapi sebenarnya sangat mungkin untuk diperbaiki menjadi lebih baik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dengan pembelajaran ulang respon emosi, amigdala mampu diperbaiki dalam merespon stimulus netral yang tadinya salah diintepretasikan sebagai stimulus yang mengancam. Cara yang dilakukan adalah dengan menghadapi stimulus dengan cara menenangkan diri dan mengkoreksi secara sadar mengenai apa yang dianggap suatu bahaya tersebut.
            Beberapa teknik yang dilakukan dalam praktik psikologi misalnya dengan menggunakan teknik flooding, disentisisasi, konseling behavioral dan kognitif, dll, menggunakan suatu pandangan bahwa ketakutan yang irasional dapat diredam dengan pembuktian secara sadar dan koreksi secara langsung oleh subjek yang menderita.
            Intepretasi yang salah mengenai suatu kejadian biasanya akan di tekan kedalam alam bawah sadar, dapat berubah bentuk menjadi sikap diam saja, menyalahkan orang lain, berfantasi untuk memuaskan keinginan, ataupun agresi yang dilakukan kepada objek yang tidak relevan. Intepretasi yang salah ini akhirnya tidak dapat dikoreksi terlebih dahulu oleh lobus pre frontal , terjadi disosiasi sebelum akhirnya disimpan dalam alam bawah sadar.
            Sehingga biasanya dalam proses psikoterapi dan konseling, psikoterapis mengajak klien untuk menceritakan kembali mengenai detil apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan atau kejadian traumatis menyakitkan yang belum sempat dikoreksi secara tuntas oleh otak sadar. Melalui menceritakan mengenai detil cerita menyakitkan yang selama ini dipendam atau dikaburkan ini dengan didampingi orang yang dapat dipercaya (terapis), maka pengalaman yang selama ini ditekan tersebut sedikit demi sedikit dapat dikoreksi dengan keadaan yang lebih nyaman dan tenang. Biasanya dalam sesi awal klien dilatih menenangkan diri dengan teknik relaksasi.
Setelah pengalaman traumatis atau intepretasi yang salah tersebut dapat dikoreksi, maka sampailah pada penerimaan diri seutuhnya dan kemudian memperkuat aspek-aspek kehidupan.


TIPS MENGURANGI KECEMASAN DAN INTEPRETASI YANG SALAH

1. Curhat
Ceritakan masalah yang anda alami kepada orang yang anda percaya, dan anda rasa dapat membuat anda nyaman.
2. Terima kenyataan
Jangan menyangkal mengenai kenyataan yang telah terjadi dimasa lalu dan saat ini, terima ikhlas.
3. Tunda berburuk sangka
Biasakan untuk menunda pemikiran negative ketika anda merasa marah, sedih, kecewa ataupun perasaan negative lainnya. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri, selalu berpikirlah bahwa semua dapat diperbaiki, dan sebisa mungkin cari sela untuk menguatkan perasaan anda dengan pemikiran logis.
4. Hadapi stimulus yang menakutkan
Hadapilah apa yang anda takuti selama ini. Bukannya untuk hebat-hebatan atau sok keren, akan tetapi dengan menghadapi apa yang selama ini anda takutkan akan memberik kesempatan ulang bagi otak anda untuk mengkoreksi kesalahan intepretasi yang mungkina dilakukan selama ini.



                                                                              Danang Setyo Budi Baskoro

0 komentar:

Posting Komentar

Text Widget

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Categories

Sample Text

Unordered List

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Popular Posts