Senin, 22 April 2013
Mengatasi Perasaan Tidak Mampu dengan “Thinking Like A Tiger”
Pernahkah anda merasa saat hendak melakukan sesuatu dan semuanya sudah
siap untuk dilaksanakan, tiba-tiba terbersit pemikiran “ah..mana bisa
aku lakukan..”, “ ah…itu terlalu berat..”, “ hanya orang lain yang bisa
melakukannya..” dan sebagainya. Saat kita mulai menuruti apa yang
dibisikkan pikiran kita, maka keraguan mulai nampak, dan jika kita terus
tertarik mendengarkan bisikan itu maka kita akan benar-benar ragu
bahkan tidak melakukannya sama sekali.
Banyak sekali diantara kita yang secara sadar
ataupun tidak mendengarkan bisikan-bisikan itu, sehingga apa yang kita
lakukan menjadi terganjal, bukan oleh orang lain akan tetapi oleh diri
kita sendiri.
Dalam kasus yang lebih ekstrim, mendengarkan
bisikan ketidak mampuan atau kegagalan secara berulang-ulang dapat
menyebabkan masalah emosional (emotional disturbance) yang parah hingga
kematian akibat bunuh diri.
Ketidakberdayaan yang dipelajari
Para behavioris
melakukan suatu eksperimen dengan mengkondisikan seekor anjing agar
mengalami suatu ketidakberdayaan ketika diberikan stimulus yang
menyakitkan (aliran listrik). Pada situasi awal anjing dalam kondisi
bebas, dan diberi kejut listrik yang menyakitkan ke tubuhnya sehingga ia
berlari menghindari alat yang beralirkan listrik tersebut. Pada
percobaan berikutnya masih dengan anjing yang sama, sang anjing
diposisikan sedemikian rupa hingga ia tidak dapat bergerak ketika
listrik dialirkan ke tubuhnya, dan hal tersebut diulang hingga beberapa
kali. Ternyata setelah anjing dikembalikan pada kondisi semula dan dapat
bergerak bebas, ketika peneliti memberinya aliran listrik, sang anjing
mendenguh kesakitan namun tidak menghindar dari alat yang menyetrumnya.
Berdasarkan penelitian
inilah para behavioris membuat kesimpulan bahwa organisme mempelajari
segala sesuatu termasuk rasa tidak berdaya dalam menghadapi rasa sakit,
tidak terkecuali manusia. Ketika manusia dihadapkan pada suatu kejadian
yang menyakitkan (traumatis) akan tetapi disaat kejadian itu berlangsung
ia tidak mampu berbuat apapun, maka sebenarnya ia mulai belajar
mengenai “ketidakberdayaan” terhadap rasa sakit atau bencana. Sehingga
hal tersebut akan berpotensi membuatnya “lumpuh” ketika menghadapi
kesulitan yang serupa bahkan kesulitan yang sebenarnya lebih ringan yang
dihadapinya dimasa depan.
Dengan
ketidakberdayaan yang didapatnya tersebut, maka akan terjadi sederetan
panjang pemikiran negatif, pemikiran mengalahkan diri, berburuk sangka,
over generalization dan segala yang berkaitan dengan “ketidakberdayaan”.
Fenomena percintaan “lebih baik aku yang memutus dia, dari pada aku yang diputus”
Anda mungkin pernah
mengamati drama percintaan yang dilakukan oleh orang-orang disekitar
kita. Dalam hal ini saya melakukan riset kecil-kecilan dengan mengamati
orang-orang yang baru putus cinta. Secara umum pengamatan saya
menunjukkan hasil bahwa orang yang lebih cepat bangkit dari rasa depresi
karena putus hubungan dengan kekasihnya adalah orang yang mengambil
keputusan untuk mengakhiri hubungannya tersebut. Lalu yang sangat sulit
bangkit dari keterpurukan adalah orang yang tidak terima saat diputus,
merasa dianiyaya, merasa ditipu, tidak diperlakukan dengan adil ataupun
hal-hal lain yang berhubungan dengan perasaan diri sebagai korban
(ketidakberdayaan). Sehingga mungkin saja keterpurukan yang dialami oleh
seseorang yang patah hati adalah karena merasa dirinya sebagai orang
yang kalah dalam duel pertengkaran tersebut. Ataupun orang yang cepat
bangkit karena ia telah memenangkan pertempuran dimedan laga. Namun
begitu, tidak semua orang yang merasa dianiyaya (dalam kasus ini) selalu
lama mengalami keterpurukan, saat ia mulai sadar bahwa ia tidak boleh
merasa kalah dan harus segera bangkit dari rasa duka yang dialaminya.
Kata-kata adalah pengantar menuju kedalam emosi tertentu
Tidak naïf jika kita tahu alasan mengapa ada yang
disebut “kata-kata mutiara”, “kata-kata bijak”, “petuah” atau kata-kata
yang membawa kita kepada penguatan pikiran dan hati.
Sebenarnya bukanlah mitos jika sebuah kata-kata
akan berdampak pada emosi anda bahkan perilaku anda. Ingat-ingat ketika
anda membaca sebuah buku cerita misteri atau percintaan. Atau karangan
terkenal J.K Rowling yaitu Harry Potter, yang membuat anda berada dalam
dunia si pengarang. Hanya dengan membaca buku Harry Potter, anda
seolah-olah dapat melihat pemandangan yang ada dalam buku tersebut,
warna dan bentuk benda-benda bahkan seolah-olah anda mengetahui aroma
dan nuansa yang dituangkan dalam cerita tersebut. Sebenarnya itu
bukanlah sesuatu yang palsu anda alami, sebenarnya anda benar-benar
mengalaminya.
Manusia telah lama mengasosiasikan kata-kata dengan
sesuatu didalam otak yang kita namakan penglihatan, penciuman,
pendengaran dan kinestetik. Prinsip kerjanya sama dengan aroma parfum
seseorang yang tidak kita kenal dengan aroma parfum yang beraroma sama
orang yang biasa kita temui. Prinsip ini pula yang dipakai oleh para
hipnoterapis dalam melakukan proses induksi terhadap kliennya. Dengan
memberi suatu kata-kata yang jelas dengan perintah atau deskripsi
tertentu, maka sang klien dapat merasakan sensasi indrawi karena
stimulus yang diberikan oleh hipnoterapis (sugesti).
Thinking Like A Tiger
Setelah mengetahui makna dari suatu kata-kata atau
pernyataan dalam diri, maka sebenarnya kita lebih mempunyai kesadaran
akan kendali diri terhadap emosi yang kita rasakan.
Bayangkan jika anda adalah seekor harimau yang
tidak pernah menjadi korban. Harimau tidak pernah menjadi rantai
terbawah dalam ekosistem. Meskipun terkadang harimau menjadi objek
sasaran dari perburuan manusia, ia tetaplah sang raja hutan yang tidak
pernah menjadi mangsa hewan lain.
Jika kita sadar bahwa ketidakmampuan kita adalah
karena pembelajaran disituasi yang salah dengan pemaknaan yang salah
dikala itu, kita sebenarnya telah memasuki suatu tahap pengendalian diri
dengan berpikir menjadi pelaku, bukan korban. Sadari kata-kata yang
anda ucapkan kepada diri anda sendiri dan mulailah menjadi “Sang Raja
Hutan Rimba Pikiran dan Kehidupan Anda”
Danang Setyo Budi Baskoro
Danang Setyo Budi Baskoro
Label:Tips Psikologi
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
Text Widget
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Categories
- Tips Psikologi (6)
Sample Text
Labels
Labels
Unordered List
Diberdayakan oleh Blogger.
Translate
Popular Posts
-
Pernahkah anda merasa saat hendak melakukan sesuatu dan semuanya sudah siap untuk dilaksanakan, tiba-tiba terbersit pemikiran “ah..mana bis...
-
Alangkah indahnya jika kita bisa memaafkan semudah kita mengatakan kata “saya maafkan Anda”. Kata maaf mungkin dapat kita ucapkan deng...
-
Anda suka merokok? Apakah merokok itu kebutuhan? Apakah rokok itu nikmat rasanya? Apakah menghentikan kebiasaan merokok itu susah bagi An...
-
“ Dini (23) menutup pintu kamarnya dengan keras, lalu menguncinya dari dalam. Wajahnya musam, matanya memerah dan lalu berbaring dika...
-
Sering kita mendengar istilah latin yang cukup terkenal “mens sana in corporisano”, yang artinya "healthy mind in health...
-
Bagaimana agar kita selalu positif thinking? apakah kita harus selalu memantau pikiran kita seharian? apakah tidak capek? oh, iya..me...
0 komentar:
Posting Komentar